Setiap orang pasti mempunyai impian dan cita-cita. Dan banyak hal-hal yang besar berawal dari sebuah impian. Seorang ulama besar bertanya kepada putranya yang masih kecil dengan
tujuan menanamkan di hatinya agar memiliki cita-cita yang tinggi. "Anakku, kamu ingin menjadi seperti siapa kelak?" "Aku ingin menjadi sepertimu, ayah." "Jangan. Jangan. Jangan. Tidak boleh kamu berkata seperti itu." Sang anak tertegun kaget mendengar kata-kata ayahnya. Ingin menjadi ulama besar seperti ayahandanya tidak diperbolehkan. Ulama besar itu melanjutkan kata-katanya,
"Karena waktu kecil aku berharap bisa seperti Ali bin Abi Thalib. Jika
kamu ingin seperti ayahmu ini, berarti perbedaan antara ayahmu ini
dengan dirimu kelak seperti perbedaan antara ayahmu dengan Ali bin Abi
Thalib." Sebagaimana Habibie yang mempunyai impian besar yaitu ingin membuat sebuah pesawat terbang. Dan berkat keinginan dan cita-citanya yang tinggi akirnya keinginan itu pun bisa tercapai.
Manusia boleh bercita-cita setinggi langit, akan tetapi harus realistis. Sebagaimana rel kereta api yang mempunyai dua rel. satu diibaratkan sebagai idealisme dan yang satunya sebagai realitas. Idealisme boleh-boleh saja akan tetapi harussesuai kenyataan.
Karenatidak semua cita-cita bisa tercapai seperti apa yang kita inginkan.Hidup itu tidak selamanya berjalan sesuai keinginan kita, maka bersiaplah menerima segala ketentuan Dzat yang Maha Pengasih.
0 komentar:
Post a Comment