يأيها المدّثر(1) قمفأنذر(2) وربكفكبّر(3) وثيا بكفطهر(4) ورجزفاهجر(5) ولاتمننتستكثر(6)ولربّىكففصبر(7)
1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. dan Tuhanmu agungkanlah! 4. dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. dan Tuhanmu agungkanlah! 4. dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
و
|
فأنذر
|
قم
|
المدّثر
|
يأيها
|
فطهر
|
ثيا بك
|
و
|
فكبّر
|
ربك
|
لا
|
و
|
فاهجر
|
رجز
|
و
|
ربّى
|
ل
|
و
|
تستكثر
|
تمنن
|
فصبر
|
ف
|
ك
|
||
KATA KUNCI TERJEMAH
و
|
فأنذر
|
قم
|
المدّثر
|
يأيها
|
Dan
|
Lalu berilah
peringatan
|
bangunlah
|
berkemul
|
Wahai orang
orang
|
فطهر
|
ثيا بك
|
و
|
فكبّر
|
ربك
|
bersihkanlah
|
pakaian mu
|
Dan
|
Maka agungkan
lag
|
Tuhan mu
|
لا
|
و
|
فاهجر
|
رجز
|
و
|
Janganlah
|
dan
|
Maka pergilah
|
tinggalakanlah
|
Dan
|
ربّى
|
ل
|
و
|
تستكثر
|
تمنن
|
Tuhan
|
Bagi
|
Dan
|
memperoleh
yang banyak
|
Memberi dengan
maksud
|
فصبر
|
ف
|
ك
|
||
bersabarlah
|
Maka
|
Kamu
|
||
Asbabunuzul ayat
Asy Syaikhain telah mengetengahkan
sebuah hadits melalui Jabir r.a. yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah saw.
Telah bersabda: “ Aku telah menyepi di dalam gua hira selama satu bulan.
Setelah aku merasa cukup tinggal didalamnya selama itu, lalu aku turun dan
beristirahat di suatu lembah. Tiba-tiba ada suara yang memanggilku, akan tetapi
aku tiada melihat seorang pun. Lalu aku mengangkat muka ke langit, tiba-tiba
aku melihat malaikat yang telah mendatangiku di dalam gua hira menampakkan
dirinya. Lalu aku kembali kerumah, dan langsung mengatakan,”selimutilah aku”.
Maka Allah menurunkan firman-Nya: hai orang-orang yang berselimut, bangunlah,
lalu berilah peringatan!(Q.S. 74 Al Muddatstsir, 1-2).[1]
Imam
ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Ibnu Abbas bahwa suatu
hari, Walid ibnul-Mughiroh membuat jamuan untuk orang-orang Quraisy. Tatkala
mereka tengah makan Walid berkata,” apa pendapat kalian tentang laki-laki ini
(Muhammad)?” sebagian lalu berkata,” tukang sihir!” akan tetapi yang lain
membantah,” ia bukan tukang sihir!”
sebagian lagi berkata,” seorang dukun!” akan tetapi yang lain membantah,” ia
bukan dukun!” sebagian berkata,” seorang penyair!” tetapi lagi-lagi yang lain
menyangkal,” ia bukan seorang penyair!” sebagian yang lain lalu berkata,” apa
yang dibawanya itu (Al-Qur’an) adalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang
terdahulu).” Tatkala
Rasulullah mendengar ucapan-ucapan tersebut beliau langsung merasa sedih.
Beliau lantas menutup kepalanya serta menyelimuti tubuhnya dengan selimut.
Allah lalu menurunkan ayat,” wahai orang-orang yang berkemul (berselimut)!
Bangunlah lalu berilah peringatan!” hingga ayat 7,” dan karena Tuhanmu,
bersabarlah.”[2]
Dari penjelasan di atas penulis lebih condong kepada
pendapat yang pertama yaitu dari Asy Syaikhain, bahwa nabi setelah menerima
wahyu yang pertama dari malaikat jibril maka nabi pulang dan meminta tolong
kepada istrinya untuk diselimuti. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Hai
orang-orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!(Q.S. 74 Al Muddatstsir,
1-2).
Tafsir ayat
يأيها المدّثر
Dalam tafsir al-maraghi
menyatakan bahwa ayat ini menjelaskan bahwa wahai orang-orang yang berselimutkan
pakainnya karena
takut dan kecut melihat malaikat ketika permulaan turunnya wahyu.[3] Dari pendapat Al-Maraghi ini menjelaskan bahwa nabi
Muhammad merasa takut ketika menerima wahyu kemudian beliau pulang dan
berselimut. Dalam tafsir jalalain menyatakan
bahwa lafadz al-muddatstsir, kemudian huruf ta diidghamkan kepada huruf dal sehingga
jadilah al-muddatstsir,
artinya orang yang menyelimuti dirinya
dengan pakaiannya sewaktu
wahyu turun kepadanya.[4] Dalam pendapatnya ini menjelaskan bahwa nabi Muhammad
menyelimuti dirinya ketika mendapat wahyu dari Allah melalui perantara malaikat
Jibril.
Dari dua pendapat di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ketika dalam proses menerima wahyu dari Allah melalui malaikat
jibril nabi Muhammad merasa takut, kemudian pulang dan berselimut.
Kesimpulan
ayat
Kesimpulan dari ayat ini ialah
bagaimana seorang da’i dalam proses menyampaikan sebuah ajaran dan mengajak
orang kepada Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi tidak akan merasa takut
dan seorang da’i harus mempunyai akhlak mulia dan sifat-sifat terpuji.
1.
Pesan takwa
·
Perintah: berani
dalam menyampaikan dan mengajak dalam kebenaran kepada masyarakat.
·
Larangan: jangan
takut dalam menyampaikan dan mengajak dalam kebenaran kepada masyarakat.
2.
Aplikasi pesan takwa
·
Saya berniat dan
berusaha berani dalam menyampaikan kebenaran kepada masyarakat.
·
Saya berniat dan
berusah berani mengajak teman yang belum istiqomah dalam shalat berjamaah.
قمفأنذر
Dalam tafsir jalalain
menjelaskan bahwa pertakutilah penduduk makkah dengan neraka jika mereka tidak
mau beriman.[5] Dalam pendapatnya ini menjelaskan bahwa nabi Muhammad
agar memberikan peringatan kepada penduduk makkah tentang adanya neraka dan
siksanya.
Dalam
tafsir al-maraghi menjelaskan bahwa nabi Muhammad agar menyingsingkan
lengan baju dan memperingatkan
penduduk makkah akan siksaan pada hari yang besar, dan mengajak mereka untuk
mengetahui kebenaran agar mereka selamat dari kengerian hari yang karenanya
setiap yang menyusui meninggalkan susunya.[6] Dalam pendapatnya ini al-maraghi menjelaskan bahwa
nabi Muhammad agar memperingatkan penduduk makkah kepada jalan kebenaran.
Dari dua pendapat di atas penulis lebih condong pada
pendapat yang kedua bahwa: Allah dalam proses menyampaikan wahyu kepada nabi
Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril adalah agar nabi muhammad
memberi peringatan dan mengajak penduduk makkah untuk mengetahui kebenaran agar
selamat.
Kesimpulan
ayat
Kesimpulan dari ayat ini ialah
bagaimana seorang da’I dalam proses menyampaikan sebuah ajaran dan mengajak
dalam kebenaran kepada masyarakat semata-mata agar mereka bahagia dan selamat
di dunia dan akhirat.
1. Pesan takwa
·
Perintah:
menyampaikan kebenaran kepada masyarakat.
·
Larangan:
bersikap apatis ketika mengetahui kebenaran dan tidak mau menyampaikannya.
2. Aplikasi
pesan takwa
·
Saya berniat
untuk menyampaikan kebenaran kepada masyarakat.
·
Saya berniat
untuk mengajak teman shalat berjamaah agar sama-sama selamat dunia akhirat.
وربكفكبّر
Dalam tafsir al-maraghi menjelaskan
ayat bahwa agungkan tuhanmu dan pemilik segala urusanmu dengan beribadah
kepadanya dan penuh harapan kepadanya, tanpa tuhan-tuhan danserikat-serikat
lainnya.[7] Dalam
pendapatnya ini al-maraghi menjelaskan beberapa poin bahwa agar kita
mengagungkan Tuhan dengan beribadah tanpa melakukan syirik.
Dalam
tafsir jalalain menjelaskan ayat bahwa agungkanlah dia dari persekutuan
yang diada-adakan oleh orang-orang
musyrik.[8] Dalam pendapat ini menjelaskan bahwa agar kita
mengagungkan Tuhan dan dilarang mempersekutukan-Nya seperti yang dilakukan oleh
orang-orang musyrik.
Dari dua pendapat di atas maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa agar kita selalu beribadah dengan mengagungkan Tuhan tanpa
menyekutukannya.
Kesimpulan
ayat
Kesimpulan dari ayat ini adalah bagaimana seorang da’i
dalam proses berkomunikasi dengan Tuhannya melalui ibadah dengan
sungguh-sungguh tanpa mempersekutukannya.
1. Pesan takwa
·
Perintah: agar
beribadah dengan mengagungkan Tuhan tanpa melakukan syirik.
·
Larangan:
berbuat syirik kepada Tuhan.
2.
Aplikasi pesan
takwa
·
Saya niat untuk
selalu beribadah kepada Tuhan tanpa menyekutukan-Nya.
·
Saya niat untuk
mengawali setiap ibadah dengan mengingat Allah dengan membaca basmalah.
وثيا بكفطهر
Dalam tafsir jalalain
menjelaskan ayat bahwa:
dan pakaianmu bersihkanlah dari najis,
atau pendekkanlah pakaianmu sehingga bebeda dengan kebiasaan orang-orang arab yang selalu
menguntaikan pakaian mereka hingga menyentuh tanah, dikala mereka menyombongkan
diri, karena dikhawatirkan akan terkena barang najis.[9] Dalam pendapatnya ini dijelaskan bahwa sebagai
seorang muslim kita dilarang untuk memanjangkan celana agar tidak terkena najis
dan dikhawatirkan sombong.
Dalam
tafsir al maraghi menjelaskan ayat bahwa ibnu abbas pernah ditanya tentang hal
tersebut. Maka jawabnya: janganlah engkau mengenakannya untuk maksiat dan
ingkar janji. Kemudian katanya: tidaklah engkau mendengar ucapan ghailan ibnu
maslamah ats-tsaqafi: alhamdulillah aku
tidak mempunyai pakaian jahat yang kupakai, dan tidak pula pakaian
ingkar yang kusenangi.[10] Dalam pendapatnya al-maraghi menjelaskan bahwa dalam
megenakan pakaian agar kita memakai pakaian bersih baik dari najis maupun dari
asal usulnya.
Dari dua pendapat di atas penulis
lebih condong pada pendapat pertama bahwa kita agar selalu membersihkan pakaian
kita dan menjaganya dari najis dengan cara memanjangkannya agar tidak menyentuh
tanah, dan kita dilarang untuk sombong.
Kesimpulan
ayat
Kesimpulan ayat ini adalah bagaimana seorang da’I
dalam proses komunikasi dengan Allah agar memperhatikan kebersihan pakainnya
baik dari najis dan dari asal usulnya dan dilarang melakukan sombong, agar
amalnya diterima oleh Allah swt.
1.
Pesan takwa
·
Perintah:
memanjangkan celana agar tidak terkena najis.
·
Larangan:
berbuat sombong.
2.
Aplikasi pesan
takwa
·
Saya niat untuk
selalu menjaga kebersihan pakaian dari segala najis dal lain-lain.
·
Saya niat untuk
mengajak keluarga, teman, dan saudara untuk senantiasa menjaga kebersihan
pakaian dari segala najis.
ورجزفاهجر
Dalam tafsir jalalain
menjelaskan ayat bahwa lafaz ar rujza ditafsirkan oleh nabi saw.
Berhala-berhala (tinggalkanlah) hal itu untuk selama-lamanya.[11] Dalam pendapatnya dijelaskan bahwa kita agar menjauhi
berhala-berhala dan segala bentuk kesyirikan.
Dalam
tafsir al maraghi menjelaskan ayat bahwa jauhilah maksit dan dosa yang dapat
yang menyampaikan kepada adzab di dunia dan akhirat; karena jiwa itu jika
bersih dari maksiat dan dosa akan
bersiap berlapang kepada yang lain dan mau mendengar dan rindu kepada apa yang
diserukan oleh juru dakwah.[12] Dalam pendapatnya al-maraghi menjelaskan agar kita
menjauh maksiat dan dosa yang
menghalangi datangnya hidayah dan yang mengatarkan azab di dunia dan akhirat.
Dari dua pendapat diatas penulis lebih condong pada
pendapat kedua bahwa agar kita menjauhi segala perbuatan maksiat dan dosa,
supaya hati kita senantiasa bersih sehingga memudahkan datangnya hidayah dan
memudahkan dalam menerima seruan kebenaran.
Kesimpulan
ayat
Kesimpulan ayat ini adalah bagaimana seorang da’I
dalam proses komunikasi dengan Allah senantiasa menjauhi diri dari segala
bentuk kesyirikan dan dosa yang akan mengantarkan pada azab dunia dan akhirat, sehingga seorang da’I
agar senantiasa menjaga kebersihan hatinya agar selalu dalam petunjuk Allah.
1.
pesan takwa
·
perintah: selalu
membersihkan hati dari dosa dan maksiat agar mudah dalam menerima hidayah.
·
Larangan:
berbuat syirik, dosa, dan maksiat.
2.
aplikasi pesan
takwa
·
saya niat untuk
menjaga diri dari segala dosa agar terhindar dari azab dunia dan akhirat.
·
Saya niat
mengajak keluarga, teman, dan saudara untuk senantiasa shalat, dzikir, infak,
sodaqoh, dan lain-lain sebagai sarana menghapus dosa-dosa kita.
ولاتمننتستكثر
Dalam tafsir jalalain
menjelaskan ayat bahwa lafaz tastaktsiru dibaca rafa’ berkedudukan
sebagai hal atau kata keterangan keadaan. Maksudnya, janganlah kamu memberi
sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh balasan yang lebih banyak dari apa yang
telah kamu berikan itu. Hal ini khusus berlaku hanya bagi nabi saw. Karena
sesungguhnya dia diperintahkan untuk mengerjakan akhlak-akhlak yang paling
mulia dan pekerti yang lebih baik.[13]
Dalam pendapatnya dijelaskan bahwa agar kita dalam memberi sesuatu agar tidak
mengharapkan balasan yang lebih banyak.
Dalam tafsir al-maraghi menjelaskan ayat bahwa
janganlah engkau memberikan kepada sahabat-sahabatmu wahyu yang engkau
beritahukan dan sampaikan kepada mereka dengan mengharap engkau akan banyak
memberikan hal itu kepada mereka. Dan maknanya mungkin juga: janganlah engkau
merasa lemah.[14]
Dalam pendapatnaya al-maraghi menjelaskan bahwa dalam menyampaikan wahyu kepada
sahabat, agar nabi muhammad tidak mengharap apa yang diberikan kepada mereka
akan membawa banyak hal kepada mereka.
Dari dua pendapat diatas penulis lebih condong pada
pendapat yang pertama bahwa dalam memberi segala sesuatu kepada orang lain agar
tidak mengharap imbalan yang lebih, dan kita diperintahkan untuk megerjakan
akhlak dan budi pekerti yang baik.
Kesimpulan
ayat
Kesimpulan dalam ayat ini adalah bagaimana seorang
da’I dalam proses komunikasi dengan masyarakat (mad’u) senantiasa tidak
mengharapkan imbalan yang lebih dari apa yang kita berikan sebelumnya.
1.
Pesan takwa
·
Perintah: agar
kita ikhlas dan tanpa pamrih dalam memberikan sesuatu kepada orang lain.
·
Larangan:
mengharap imbalan yang lebih dari apa yang kita berikan berikan keapda orang
lain.
2.
Aplikasi pesan
takwa
·
Saya niat untuk
ikhlas dalam melaksanakan ibadah, dan tugas-tugas yang telah diamanahkan kepada
saya.
·
Saya niat untuk
mengajak keluarga, teman, dan saudara membudayakan memberi sesuatu apa yang
bisa kita berikan karena Allah semata dan tanpa mengharap imbalan dari manusia.
ولربّىكففصبر
Dalam tafsir jalalain menjelaskan ayat bahwa ; (dan
kepada rabbmu bersabarlah) di dalam melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi
larangan-larangan-Nya.[15]
Dalam pendapatnya menjelaskan bahwa kita agar kita mempunyai sifat sabar dalam
menerima ketentuannya.
Dalam tafsir al-maraghi menjelaskan ayat bahwa
bersabarlah dalam taat dan ibadah kepada-Nya. Berkata Muqatil dan Mujahid:
bersabarlah dalam menghadapi gangguan dan pendustaan.[16]
Dalam pendapatnya al-maraghi menjelaskan bahwa agar kita sabar dalam menghadapi
apapun.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kita hendaknya selalu bersabar dalam menghadapi segala ujian baik perintah
maupun larangan-Nya dalam ketaatan dan ibadah kepada-nya.
Kesimpulan
ayat
Kesimpulan dalam ayat ini adalah bagaimana seorang
da’I dalam proses komunikasi baik dengan Allah maupun terhadap mad’unya
hendaknya bersabar dalam melaksanakan apa yang diperintah-Nya maupun yang
dilarang-Nya. Dan sabar dalam taat dan ibadah dalam menghadapi segala cobaan
dan ujian.
1.
Pesan takwa
·
Perintah: agar
kita hendaknya bersabar dalam taat dan ibadah kepada Allah.
·
Larangan: putus
asa dalam mengahadapi ujian dan cobaan dari Allah.
2.
Aplikasi pesan
takwa
·
Saya niat untuk
senantiasa sabar dan tidak mengeluh dalam menerima ujian dan berusaha ingin
menjadi umat yang terbaik.
·
Saya niat untuk
mengingatkan keluarga, saudara, dan teman agar senantiasa sabar dan tawakal
dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah SWT, dan tidak cepat putus asa
karena setiap permasalahan pasti ada pemecahannya.
[1] Jalaluddin al-mahalliy,
jalaluddin as-suyuthi, tafsir jalalain berikut asbaabun nuzul ayat, 1990,
bandung: sinar baru, hal: 2597
[2] Jalaluddin as-suyuthi, Sebab Turunnya Al-Qur’an, terj. 2008,
Jakarta: Gema Insani, hal: 603
[3] Syaikh ahmad mushthafa
al-maraghi, tafsir al maraghi terj, 1989, semarang: tohaputra, hal: 202
[4] Jalaluddin al-Mahalliy, Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzul ayat, 1990, Bandung: Sinar Baru, hal: 2584
[5] Jalaluddin al-Mahalliy, Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzul ayat, 1990, Bandung: Sinar Baru, hal: 2584
[7] Syaikh ahmad mushthafa
al-maraghi, tafsir al maraghi terj, 1989, semarang: tohaputra, hal: 203
[8] Jalaluddin al-mahalliy,
jalaluddin as-suyuthi, tafsir jalalain berikut asbaabun nuzul ayat,
1990, Bandung: sinar baru, hal: 2584
[9] Jalaluddin al-mahalliy,
jalaluddin as-suyuthi, tafsir jalalain berikut asbaabun nuzul ayat,
1990, Bandung: sinar baru, hal: 2584-2585
[10] Syaikh ahmad mushthafa
al-maraghi, tafsir al maraghi terj, 1989, semarang: tohaputra, hal: 203
[11] Jalaluddin al-mahalliy,
jalaluddin as-suyuthi, tafsir jalalain berikut asbaabun nuzul ayat,
1990, Bandung: sinar baru, hal: 2585
[13] Jalaluddin al-mahalliy,
jalaluddin as-suyuthi, tafsir jalalain berikut asbaabun nuzul ayat,
1990, Bandung: sinar baru, hal: 2585
[15] Jalaluddin al-mahalliy,
jalaluddin as-suyuthi, tafsir jalalain berikut asbaabun nuzul ayat,
1990, Bandung: sinar baru, hal: 2585