Dalam
kehidupan ini kita tidak bisa lepas dari masalah. Masalah selalu datang tanpa
diundang, Datang kapanpun dan di manapun.
Tanpa kita sadari setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik
kita menemukan dan merasakan adanya masalah. Baik masalah yang muncul dari diri
sendiri atau yang datang dari orang lain. Intinya, masalah akan selalu datang
dan menyertai dalam hidup dan kehidupan manusia.
Milik
Semua
Sejak
terlahir ke dunia manusia sudah mempunyai masalah. Seorang bayi ketika lapar
atau haus, sebenarnya dia sedang
mengalami masalah. Dia berusaha keluar
dari masalah dengan menangis agar ditolong oleh orangtuanya.
Ketika
beranjak dewasa seseorang akan berinteraksi dengan orang lain, baik di sekolah,
di rumah, atau tempat lainnya. Dari sanalah manusia akan berhadapan dengan
dinamika kehidupan yang penuh dengan permasalahan. Semakin usia bertambah, semakin
banyak dan kompleks permasalahan yang dihadapinya.
Sebenarnya
masalah itu adalah sebuah fase dimana ia akan mendewasakan seseorang. Manusia
tidak akan dewasa tanpa melalui dan melewati masalah. Masalah juga merupakan
suatu tolok ukur untuk mengetahui kadar kemampuan seseorang. Apabila seseorang
berhasil menghadapi permasalahannya maka sebenarnya dia telah mendapat predikat
lulus dan derajatnya pun naik di hadapan Allah SWT.
Adapun
kriteria seseorang yang lulus itu adalah, meskipun diberi kesenangan atau penderitaan
jiwanya tetap stabil. Apabila orang tersebut diberi ujian penderitaan, maka tidak ada keluh kesah ataupun prasangka
buruk dalam dirinya kepada Allah. Sedangkan apabila orang tersebut diberi ujian
kesenangan ia tidak akan merasa takabur (lupa), karena ia tahu keistimewaan
yang diberikan Allah bukanlah miliknya dan bukan semata-mata karena usahanya.
Penyerahan dirinya total, didasari atas kesadaran bahwa semuanya dari Allah dan
akan kembali kepada Allah.
Tetapi
bukan berarti orang yang tidak berhasil menghadapi masalahnya adalah orang yang
gagal. Karena kegagalan itu merupakan kesuksesan yang tertunda. Banyak orang
besar berawal dari kegagalan.
Thomas
Alfa Edison, seorang ilmuan yang menciptakan bolam lampu, misalnya. Ia memulai
kesuksesannya dengan kegagalan demi kegagalan. Namun karena semangat dan
keteguhan hati yang tinggi, ia mampu membuktikan
kepada dunia bahwa dia ada dan bisa menunjukkan prestasi.
Contoh
yang lain ialah seorang aktor hollywood bernama
Silvester Stallone. Dulu ia hanyalah laki-laki yang gagap saat bicara. Namun sekarang
kita mengenalnya sebagai bintang film internasional termahal.
Ia
memulai kisah suksesnya dengan membuat
naskah film yang kemudian ia tawarkan ke berbagai agen film di New York. Berkali-kali
ia tawarkan sampai sebanyak 1500 kali,
tetapi tidak ada agen film yang mau menerima. Namun ia tidak patah semangat.
Sampai
kemudian ada studio yang mau membeli naskahnya seharga US$ 20.000. Akan tetapi karena bintang utamanya bukan dia, ia pun
menolak. Ia hanya mau kalau yang menjadi bintang utamanya adalah dia, bukan
orang lain. Sang produser pun menaikkan
tawarannya menjadi $80.000, $ 125.000, $250.000, sampai $ 325.000. Namun ia tetap menolak.
Akhirnya
produser setuju dan menjadikan ia sebagai tokoh utama dalam fim tersebut. Namun
hanya dengan bayaran $ 20.000 untuk naskah cerita ditambah $ 340 per minggu
sesuai upah minimal seorang aktor. Setelah dipotong biaya-biaya komisi agen dan
pajak ia hanya mndapatkan penghasilan bersih sebesar $ 6.000.
Alhasil
film “Rocky” yang dibintanginya meledak di pasaran. Dia pun dinominasikan
meraih Academy Award sebagai aktor terbaik. Dari film “Rocky”, kesuksesan terus
menggiringnya selama beberapa dekade.
Serial “Rocky” (Rocky 1-5) dan “Rambo” (Rambo 1-4) meraih hampir US$ 1
miliar.
Kalau
dulu Stallone patah semangat dan
berhenti menawarkan naskah filmnya ketika sampai pada usaha ke-1.500 kali tidak
ada agen film yang mau menerima, ia tidak akan menjadi apa-apa. Atau mungkin,
ketika dia lebih memilih menjual naskahnya seharga $ 325.000 dengan
syarat dia tidak menjadi bintang utama, dia tidak akan terkenal seperti
sekarang ini. Tetapi karena semangat
juangnya ingin tetap menjadi tokoh utama walaupun dengan upah minimal,
mengantarkannya pada kesuksesan dan
keberhasilan.
Naikkan
Derajat
Demikianlah
kalau menjadikan masalah sebagai batu loncatan mencapai kemenangan, bukan
sebagai musuh yang harus dihindari. Ia akan menjadikan kita mampu meraih
kemenangan dan kesuksesan.
Sebenarnya, masalah adalah cobaan yang diberikan Allah kepada manusia. Allah tidak akan memberikan cobaan kepada seseorang di luar batas kemampuannya. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 286, Allah berfirman. “Laa yukallifullaahu nafsan ilaa wus’ahaa”, yang artinya, “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”.
Maka ketika mendapatkan suatu masalah , hendaknya kita hadapi dengan tenang dan dengan hati yang jernih. Tak perlu kita merasa tidak mapu menghadapinya. Tak perlu kita bersedih hati. Yakinlah, bahwa masalah sebenarnya adalah sebuah anugerah dari Allah agar derajat kita semakin meningkat di sisi-Nya. Wallaahua’lam bis showab.
*Anggota “Asosiasi Penulis Islam” (API) STAIL