Pages

Corona, Ujian Kepekaan Kita


Berdasarkan informasi di laman berita (merdeka.com), nama Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti mahkota, sebab bentuk virus corona memiliki paku
yang menonjol menyerupai mahkota dan korona matahari. Para ilmuan pertama kali mengisolasi virus corona pada tahun 1937 yang menyebabkan penyakit bronkitis menular pada unggas. Kemudian pada tahun 1965, dua orang peneliti Tyrrell dan Bynoe menemukan bukti virus corona pada manusia yang sedang flu biasa, melalui kultur organ trakea embrionik yang diperoleh dari saluran pernapasan orang flu tersebut. Pada akhir Desember 2019, jenis baru yang disebut SARS-CoV-2 mulai beredar, yang kemudian menyebabkan penyakit dan dikenal sebagai COVID-19. Virus Corona yang pertama kali muncul dan menyebar ke manusia berasal dari kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Setelah ditelusuri, ternyata beberapa orang yang terinfeksi memiliki riwayat yang sama, yaitu mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan. merdeka.com (3/4/20)
Sedangkan sejarah Corona masuk Indonesia berawal dari adanya Warga Negara Asing (WNA) asal Jepang yang positif Corona mengunjungi Indonesia. Menteri Kesehatan, Terawan, virus itu awalnya dibawa WNA Jepang yang tinggal di Malaysia. Sejak awal WNA Jepang itu ternyata sudah terinfeksi virus COVID-19 saat datang ke Indonesia. Ia kemudian mengonsumsi obat penurun demam sehingga ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta tidak terdeteksi menggunakan alat thermo scanner. Warga Negeri Sakura itu sempat menemui kerabatnya seorang perempuan (64 tahun) dan anaknya (31 tahun) yang bermukim di Depok. Kekhawatiran Indonesia terjangkit virus Corona memang terus bergulir. Apalagi mereka dikepung negara-negara Asia Tenggara yang warga negaranya sudah terinfeksi Corona. seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Sumut.idntimes.com (3/4/20)
Setelah wabah ini masuk Indonesia, pemerintah menghimbau agar masyarakat untuk bekerja dan beribadah di rumah. Tak hanya itu, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa bahwa daerah yang terkena wabah shalatnya bisa di rumah. Bahkan shalat jum’at bisa ditunda. Sebagian orang mungkin merasa sedih karena tidak bisa shalat jama’ah di masjid. Tapi mereka faham, menghindari mudharat lebih utama dibandingkan mengambil manfaat. Wabah adalah mudharat, sedangkan shalat jama’ah di masjid tentu sangat banyak manfaatnya.
Masyarakat kemudian menjadi waspada, walaupun banyak juga yanga abai. Masyarakat yang peduli akan mencari informasi dan berita yang benar. Sedangkan masyarakat yang acuh, menganggap Corona itu sesuatu yang sepele. Terbukti dengan beredarnya video yang viral. Pak polisi membubarkan warga yang masih suka nongkrong di cafe dan warkop.
Dari kejadian saat ini, kita bisa tahu mana orang yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Mencari keuntungan pribadi di atas penderitaan orang lain. Menimbun masker kemudian dijual dengan harga yang tinggi. Mungkin omzetnya bisa ratusan juta per hari. Memborong handsanitizer tanpa memikirkan saudaranya yang lain. Bahkan kasus terakhir video viral orang belanja di swalayan memakai APD (Alat Pelindung Diri). Yang seharusnya APD ini digunakan para tenaga medis yang sedang menolong pasien Corona.
Maka di tengah pandemi ini, kita dituntut untuk bersimpati dan berempati. Terutama bagi mereka yang kurang beruntung. Bagi yang masih punya penghasilan dan tabungan bisa membantu orang terdekat. Sanak famili yang tidak bisa bekerja karena dampak Corona. Tetangga yang tidak bisa lagi jualan gorengan. Atau bahkan Ojol (Ojek Online) dan tukang becak yang pelanggannya tak lagi banyak. Semoga dengan kita peduli dan mau berbagi, Allah SWT segera mengangkat pandemi ini. Aamiin.

Penulis
Roqit Kautsar

0 komentar:

Post a Comment

 

ROQIT'S BLOG Copyright © 2010-2014 | Powered by Blogger