Berdasarkan informasi di laman berita (merdeka.com), nama
Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti mahkota, sebab bentuk virus
corona memiliki paku
Sedangkan
sejarah Corona masuk Indonesia berawal dari adanya Warga Negara Asing (WNA)
asal Jepang yang positif Corona mengunjungi Indonesia. Menteri
Kesehatan, Terawan, virus itu awalnya dibawa WNA Jepang yang tinggal di Malaysia.
Sejak awal WNA Jepang itu ternyata sudah terinfeksi virus COVID-19 saat datang
ke Indonesia. Ia kemudian mengonsumsi obat penurun demam sehingga ketika tiba
di Bandara Soekarno-Hatta tidak terdeteksi menggunakan alat thermo
scanner. Warga Negeri Sakura itu sempat menemui kerabatnya seorang
perempuan (64 tahun) dan anaknya (31 tahun) yang bermukim di Depok.
Kekhawatiran Indonesia terjangkit virus Corona memang terus bergulir. Apalagi
mereka dikepung negara-negara Asia Tenggara yang warga negaranya sudah
terinfeksi Corona. seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Sumut.idntimes.com
(3/4/20)
Setelah wabah
ini masuk Indonesia, pemerintah menghimbau agar masyarakat untuk bekerja dan
beribadah di rumah. Tak hanya itu, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa
bahwa daerah yang terkena wabah shalatnya bisa di rumah. Bahkan shalat jum’at
bisa ditunda. Sebagian orang mungkin merasa sedih karena tidak bisa shalat
jama’ah di masjid. Tapi mereka faham, menghindari mudharat lebih utama
dibandingkan mengambil manfaat. Wabah adalah mudharat, sedangkan shalat jama’ah
di masjid tentu sangat banyak manfaatnya.
Masyarakat
kemudian menjadi waspada, walaupun banyak juga yanga abai. Masyarakat yang
peduli akan mencari informasi dan berita yang benar. Sedangkan masyarakat yang acuh,
menganggap Corona itu sesuatu yang sepele. Terbukti dengan beredarnya video
yang viral. Pak polisi membubarkan warga yang masih suka nongkrong di cafe dan
warkop.
Dari kejadian
saat ini, kita bisa tahu mana orang yang egois dan hanya mementingkan diri
sendiri. Mencari keuntungan pribadi di atas penderitaan orang lain. Menimbun
masker kemudian dijual dengan harga yang tinggi. Mungkin omzetnya bisa ratusan
juta per hari. Memborong handsanitizer tanpa memikirkan saudaranya yang lain.
Bahkan kasus terakhir video viral orang belanja di swalayan memakai APD (Alat
Pelindung Diri). Yang seharusnya APD ini digunakan para tenaga medis yang
sedang menolong pasien Corona.
Maka di tengah
pandemi ini, kita dituntut untuk bersimpati dan berempati. Terutama bagi mereka
yang kurang beruntung. Bagi yang masih punya penghasilan dan tabungan bisa
membantu orang terdekat. Sanak famili yang tidak bisa bekerja karena dampak
Corona. Tetangga yang tidak bisa lagi jualan gorengan. Atau bahkan Ojol (Ojek
Online) dan tukang becak yang pelanggannya tak lagi banyak. Semoga dengan kita
peduli dan mau berbagi, Allah SWT segera mengangkat pandemi ini. Aamiin.
Penulis
Roqit Kautsar
0 komentar:
Post a Comment