5 Oktober 2015
adalah moment spesial bagiku. Karena hari itu adalah hari pernikahanku.
Hari pernikahan yang sudah lama aku tunggu. Aku pun tidak menyangka bisa
menikah dengannya. Dengan seorang wanita yang kami belum saling
mengenal sebelumnya.
Wanita itu bernama Syafitri Elistia Masrurroh. Dia adalah alumnus
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Mengambil jurusan kedokteran hewan.
Awal saya tahu dirinya memang sudah lama. Kurang lebih tujuh tahun sejak
tulisan ini diterbitkan. Tetapi kami sekedar tahu. Cuma itu saja.
Jangankan saling mengenal, ngobrol pun kami tidak pernah. Aku tahu
dirinya waktu di masjid saja. Karena waktu SMA aku pernah mondok di
dekat rumahnya. Dan rumahnya pun dekat dengan pondok. Pertemuan kami
waktu itu sewaktu masih SMA. Aku kelas tiga dan dia kelas dua.
Aku sedikit tahu tentang dirinya dari Ustadzahku. Ustadzahku pernah
cerita tentang dirinya. Beliau bercerita kalau ada anak yang pintar
mengaji. Baca Qur'annya bagus. Lebih tepatnya dia adalah seorang qori'.
Sering mengikuti lomba MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an).
Sampai pada masanya aku lulus dan kerja di Jakarta. Waktu aku pulang ke
pondokku dulu, Ustadzahku masih cerita tentang dirinya. Cerita tentang
dirinya yang sekarang masuk kuliah di UGM.
Kepulanganku waktu itu memang untuk kuliah. Setelah kerja satu tahun di
Jakarta aku ingin kuliah lagi. Karena kuliah adalah mimpiku yang sudah
lama aku pendam. Setelah lulus SMA Ustadzku pernah menyarankanku untuk
langsung kuliah. Tetapi aku tidak langsung mengiyakan. Karena waktu itu
aku ingin kerja dulu. Sekalian untuk cari modal untuk kuliahku nanti.
Supaya tidak terlalu membebani orang tuaku. Setelah satu tahun kerja,
aku pulang dan memutuskan untuk kuliah di Surabaya. Dan pada akhirnya
yang awalnya kami beda angkatan akhirnya menjadi satu angkatan. Ya, kami
kuliah angkatan 2009.
2013 kami sama-sama lulus. Walau pun begitu kami belum kenal juga.
Sampai akhirnya waktu itu tiba. Dan aku merasa sudah saatnya untuk
menikah. Aku teringat sesosok wanita yang sering diceritakan Ustadzahku
dulu. Tanpa berfikir panjang, aku mengutarakan keinginanku kepada orang
tuaku. Dan mereka pun setuju.
Aku ingin menikah tanpa adanya pacaran terlebih dahulu. Sehingga aku
langsung mendatangi orang tuanya. Saya bilang ke bapaknya " Pak, saya
ingin menjalin hubungan yang serius dengan putri Bapak, apakah Bapak
mengizinkan?". Beliau pun merestui kami. Langsung aku mengiginkan untuk
menikah segera. Supaya tidak terjadi fitnah. Tetapi Bapak tidak langsung
mengiyakan. Bapak memberikan waktu enam bulan sejak pertama aku ke
rumah beliau. Tetapi tak apa. Karena setelah enam bulan itu,
alhamdulillah kami menikah...
Surabaya, 22 April 2016
0 komentar:
Post a Comment